Pemuda Dan Sosialisasi
· MASA REMAJA
Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak – anak
dengan masa dewasa. Pada masa ini psikologis anak sangat problematis karena
memungkinkan mereka berada pada masa anomi yaitu masa tanpa norma dan hukum.
Jadi sering ditemukan perilaku menyimpang pada masa ini. Hal ini terjadi karena
perbedaan antara norma dalam keluarga dengan norma di luar lingkungan keluarga.
Remaja dalam keadaan seperti ini akan mencari pegangan norma lain agar dapat
menghilangkan kebingungan itu. Dalam keadaan bimbang seperti ini, remaja biasanya
akan mencari semua informasi tanpa seleksi teerlebih dahulu sehingga remaja
sangat mudah dipengaruhi terutama oleh media massa. Menurut Enoch Markum,
berpendapat agar orang dewasa tidak menganggap setiap youth culture adalah
counter culture dan remaja harus diberikan kesempatan berkembangan dan
berpendapat. Enoch menawarkan 2 jalan keluar yaitu mengaktifkan fungsi keluarga
dan kembali pada pendidikan agama.
·
PEMUDA
Pemuda adalah golongan manusia manusia muda yang masih
memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah yang lebih baik, agar dapat
melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah berlangsung. Proses
kehidupan yang dialami oleh pemuda di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun masyarakat akan membawa pengaruh yang besar pula dalam menentukan sikap
untuk dapat hidup di masyarakat. Proses itu dinamakan dengan sosialisasi.
Jika sosialisasi berjalan dengan baik maka akan menghasilkan pemuda yang
berkualitas. Pemuda adalah makhluk sosial , yaitu tidak dapat hidup sendiri dan
harus menyesuaikan dengan norma yang ada agar pemuda dapat mengatur kebebasan
mereka(tidak bebas sebebas-bebasnya). Sehingga dengan begitu dapat menghasilkan
pemuda berkualitas dan bertanggung jawab. Contoh sosialisasi yang baik adalah
dalam dunia pendidikan. Jadi keragaman pemuda Indonesia sangat ditentukan oleh
pendidikan. Pemuda dalam pengertian adalah manusia-manusia muda. Ditinjau dari
kelompok umur, maka pemuda dibedakan menjadi:
-
Masa
bayi ( 0 – 1 tahun)
-
Masa
anak (1 – 12 tahun)
-
Masa
Puber (12 – 15 tahun)
-
Masa
Pemuda (15 – 21 tahun)
-
Masa
dewasa (21 tahun keatas)
Dilihat
dari segi budaya atau fungsionalya
1.
Golongan anak : 0 – 12 tahun
2.
Golongan remaja : 13 – 18 tahun
3.
Golongan dewasa : 18-21 tahun keatas (telah memiliki kematangan pribadi dan boleh
bekerja)
Dilihat dari segi ideologis politis,
generasi muda adalah mereka yang berusia 18 – 30 – 40 tahun. Mereka merupakan
calon pengganti generasi terdahulu. Akan tetapi, apabila melihat peran pemuda
sehubungan dengan pembangunan, peran itu dibedakan menjadi 2:
1. Berdasar
pada usaha menolak menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pada kategori ini
pemuda dapat dibedakanmenjadi
a.
Pemuda pembangkit adalah pemuda yang membuka kejelasan dari suatu
masalah sosial sehingga masalah itu menjadi lebih dimengerti masyarakat. Jadi
secara tidak langsung mengubah struktur masyarakat ke arah yang lebih baik.
b.
Pemuda nakal adalah pemuda yang tidak membawa perubahan terhadap masyarakat
karena mereka hanya memanfaatkan masyarakat untuk keuntungan diri mereka
sendiri. Mereka hanya menjadi beban dalam masyarakat.
c.
Pemuda radikal adalah pemuda yang ingin mengubah masyarakat dengan cara
kekerasan
Pemuda adalah golongan
manusia manusia muda yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan kearah
yang lebih baik, agar dapat melanjutkan dan mengisi pembangunan yang kini telah
berlangsung, pemuda di Indonesia dewasa ini sangat beraneka ragam, terutama
bila dikaitkan dengan kesempatan pendidikan. Keragaman tersebut pada dasarnya
tidak mengakibatkan perbedaan dalam pembinaan dan pengembangan generasi muda. Proses
kehidupan yang dialami oleh para pemuda Indonesia tiap hari baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat membawa pengauh yang besar pula dalam
membina sikap untuk dapat hidup di masyarakat. Proses demikian itu bisa disebut
dengan istilah sosialisasi, proses sosialisasi itu berlangsung sejak anak ada
di dunia dan terus akan berproses hingga mencapai titik kulminasi, jadi
jelaslah sekarang keragaman pemuda Indonesia dilihat dari kesempatan
pendidikannya serta dihubungkan dengan keragaman penduduk dalam suatu wilayah,
maka proses sosialisasi yang dialami oleh para pemuda sangat rumit. Sehubungan
dengan perkembangan individu pemuda itu sendiri dan dalam rangka melepaskan
diri dari ketergantungan pada orang tua, maka pengalaman-pengalaman yang
dialainya itu kadang membingungkan dirinya sendiri.
Melalui proses
sosialisasi, seorang pemuda akan terwarnai cara berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang akan
dapat diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menajdi tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan lingkungan budayanya.
Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi manusia masyarakat dan
beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses sosialisasi dapat terbentuk.
Dalam hal ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaiman cari hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya gar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Sosialisasi
merupakan salah satu proses belajar kebudayaan dari anggota masyarakat dan
hubungannya degnan sistem sosial.
Proses
sosialisasi banyak ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial
yang bersangkutan. Berbeda dengan inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaan dalam jiwa individu, sosialisasi dititik beratkan pada
soal individu dalam kelompok melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh
karena itu proses sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang.
Kedirian (self) sebagai suatu prosuk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap
diri sendri dan memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri sendiri membuat timbulnya sebutan “aku” atau “saya” sebagai
kedirian subyektif yang sulit dipelajari. Asal mula timbulnya kedirian :
1. Dalam proses sosialisasi mendapat
bayangan dirinya, yaitu setelah memperhatikan cara orang lain memandang dan
memperlakukan dirinya. Misalnya ia tidak disukai, tidak dihargai, tidak
dipercaya; atau sebaliknya, ida disayangi, baik budi dandapt dipercaya
2. Dalam proses sosialisasi juga
membentuk kedirian yang ideal. Orang bersangkutan mengetahui dengan pasti
apa-apa yang harus ia lakukan agar memperoleh penghargaan dari orang lain.
Bentuk-bentuk kedirian ini berguna dalam meningkatkan ketaatan anak terhadap
norma-norma sosial
·
PERAN MEDIA MASSA
Seperti yang dikatakan tadi bahwa dalam masa remaja, remaja
akan cenderung melahap semua informasi sesuai keinginan mereka. Oleh karena
itu, remaja harus dibekali dengan keterampilan berinformasi seperti dalam
kemampuan memilih menemukan, memilih, menggunakan, dan mengevaluasi informasi.
Keterampilan ini sebaiknya diberikan pada pendidikan di sekolah. Di samping itu
orang tua harus membimbing anak mereka dalam mengkonsumsi media massa. Jadi
media massa diharapkan untuk memberikan informasi yang terpercaya, mendidik,
dan mengandung nilai kemanusiaan agar dapat menuntun remaja ke arah yang lebih
baik. Peranan media sangat penting bagi remaja untuk bersosialisasi kepada
khalayak luas, contohnya mengabarkan kabar penting, berjualan dan lain-lain.